Popular Posts

Faktor Resiko Aterosklerosis

Berbagai factor resiko terjadinya aterosklerosis, dan secara umum dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok besar, yakni yang dapat di ubah dan yang tidak dapat di ubah.

Usia yang semakin tua

Semakin tua seseorang pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu, sehingga banyak zat kapur yang beredar bersama darah. Banyaknya kalsium dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi lebih padat, sehingga tekanan darah menjadi meningkat.

Endapan kalsium di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) mnyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu. Hal ini dapat memacu peningkatan tekanan darah. Bertambahnya usia juga menyebabkan elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang lancar.

Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat lagi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan adanya arteriosclerosis, tekanan darah menjadi semakin meningkat.
Oleh karena pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah arteri, maka hanya tekanan sistole yang meningkat tinggi. Tekanan sistole dan tekanan diastole pada orang tua memiliki perbedaan yang besar.


Jenis Kelamin

Penyakit aterosklerotik secara umum sedikit terjadi pada perempuan, namun perbedaan tersebut menjadi sedikit menonjol pada faktor akhir terutama masa menopause. Hal ini dimungkinkan karena faktor esterogen bersifat sebagai pelindung. Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan metabolisme, selain itu karena pola hidup perempuan dan laki-laki berbeda.


Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk terjadinya penyakit aterosklerosis. Alasan utama bahwa aterosklerosis merupakan penyakit komplek dengan faktor genetik dan lingkungan terlibat sebagai etiologi.


Peningkatan Lipid (Kolesterol)

Peningkatan kadar kolesterol jahat dalam darah dapat meningkatkan resiko berbagai penyakit. Kolesterol yang tinggi akan berakumulasi di dinding arteri sehingga membentuk semacam plak yang menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh darah menyempit serta pengerasan pembuluh darah. Proses ini dikenal dengan nama atherosklerosis. Atherosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak,jantung,ginjal,organ vital lainnya .serta lengan dan tungkai. Jika arterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arterikarotid) maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri korener), bisa terjadi serangan jantung.

Pola makan yang tidak seimbang salah satu penyebabnya. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol didalam darah selain pola makan yang tidak seimbang. Faktor keturunan kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik dan olahraga, konsumsi alcohol, serta merokok merupakan penyebab umum kolesterol tingginya kolesterol darah adalah penyakit diabetes, penyakit ginjal dan penyakit lever.

Trigliserida merupakan salah satu kolesterol jahat dalam tubuh yang bila mengalami peningkatan melebihi kadar normal tubuh dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah jantung dan otak. Hal ini terjadi bila bersamaan dengan tinggi nya kadar LDL dan rendahnya kadar HDL.
Jika penyempitan dan pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak memadai, maka timbul sakit atau nyeri dada yang disebut sebagai angina. Dan bila berlanjut akan menyebabkan matinya jaringan otot jantung yang disebut infark miokard. Jika infark miokard meluas, maka akan timbullah gagal jantung.

Selain kolesterol LDL, faktor risiko lain yang memperbesar terjadinya penyakit jantung adalah kebiasaan merokok, nilai HDL rendah (< 40 mg/dl), memiliki penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi (140/90 atau sedang dalam pengobatan). Selain itu penyakit jantung berisiko lebih tinggi pada usia ³ 45 tahun (pria) dan ³ 65 tahun (wanita), yang diketahui memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung.

Adapun gejala penyakit jantung adalah:
  • Rasa tertekan (ditimpa beban, sakit, terjepit, diperas, terbakar ) di dada yang dapat menjalar ke lengan kiri, leher, dan punggung
  • Tercekik atau sesak
  • Berlangsung lebih dari 20 menit.
  • Keringat dingin, lemah, berdebar dan bisa sampai pingsan
  • Gejala akan berkurang dengan istirahat dan bertambah berat dengan aktivitas

Hipertensi

Tekanan tinggi didalam arteri merusak lapisan (lining) dan mempercepat pengembangan dari atheroma. Jantung juga harus bekerja lebih berat untuk memompa darah dibawah tekanan tinggi, tapi ia harus lakukan ini tanpa suplai oksigen yang memadai. Ini akan meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mendapat angina atau serangan jantung. Tekanan tinggi juga bisa meningkatkan risiko mendapat stroke karena kerusakan yang ditimbulkan di pembuluh darah otak.

Risiko terjadinya penyakit jantung koroner dua kali lipat pada pasien hipertensi. Hipertensi kurang menunjukkan risiko penyakit jantung iskemik pada populasi risiko rendah seperti pada faktor berkembang, dimana hipertensi berhubungan dengan stroke hemoragik dan gagal ginjal. Hipertensi mempercepat terjadinya aterosklerosis, yaitu dengan cara menyebabkan perlukaan secara mekanis pada sel endotel di tempat yang mengalami tekanan tinggi dan memungkinkan kolesterol LDL (low density lipoprotein) yaitu jenis kolesterol yang jahat memasuki saluran arteri dan meningkatkan penimbunan plak. Hipertensi diperkirakan merupakan penyebab 33% dari semua insiden penyakit jantung


Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (Kencing Manis)
Saat ini DM dianggap sebagai risiko yang ekuivalen dengan PJK. Mereka yang menderita DM walaupun tanpa riwayat infark miokard akut mempunyai angka kejadian kardiovaskular yang sama dengan mereka yang tanpa DM tetapi pernah mengalami infark miokard.

Penderita DM mempunyai risiko kejadian kardiovaskular dalam 10 tahun sebesar 20%. Mereka yang menderita DM juga mempunyai angka kematian yang tinggi bila mengalami kejadian kardiovaskular, mereka lebih banyak yang meninggal dan lebih banyak yang mendapatkan komplikasi.
Oleh karena itulah bagi mereka yang menderita DM tata laksananya harus lebih agresif, misalnya target pengontrolan tekanan darah pada mereka harus kurang dari 130/80 mmHg. Pengontrolan kolesterol pada penderita Dmpun harus lebi rendah dan agresif dengan target LDL kurang dari 100mg/dl. Pengobatan diberikan bila kadar kolesterol diatas 130 mmHg, tetapi dapat juga diberikan bila kadar kolesterol LDLnya kurang dari 130 mg/dl.

Diabetes merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah melebihi batas normal. Diabetes ini juga merupakan faktor risiko terhadap PJK. Bila kadar gula darah naik dan berlangsung lama, maka akan memicu terjadinya aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak terkonrol dengan kadar glukosa yang tinggi cenderung meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida.

Bentuk kolesterol LDL pada penderita diabetes lebih padat dengan ukuran yang lebih kecil yang sering disebut Small Dense LDL, sehingga mudah sekali masuk kedalam lapisan pembuluh darah yang lebih dalam. Bentuk kolesterol LDL ini lebih jahat lagi karena lebih bersifat aterogenik (lebih mudah menempel pada pembuluh darah dan lebih mudah membentuk plak).


Obesitas

Obesiatas merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler ). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. Tanda-tandanya adalah nafas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.

Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Kombinasi obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung. Akibatnya, timbal penebalan pada dindingbilik jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan mempercepat timbulnya gagal jantung


Merokok

Menghisap rokok mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan risiko terkena penyakit jantung koroner (CHD). Nikotin, karbon monoksida (CO) dan zat lainnya yang terkandung dalam rokok berpotensi menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah.

Bahan-bahan kimia didalam rokok diserap kedalam aliran darah dari paru-paru dan mengelilingi seluruh tubuh, mempengaruhi setiap sel tubuh. Bahan kimia ini menyempitkan pembuluh darah sementara waktu. Mereka juga membuat keping-keping darah yang disebut platelets menjadi lebih lengket, jadi meningkatkan kemungkinan untuk membentuk gumpalan darah, selain itu hal ini akan mempermudah kolesterol untuk melekat pada dindidng pembuluh darah yang mengalami kerusakan sehinga membentuk plak.
Penghisap pipa (pipe) dan lisong (cigar) tidak mempunyai risiko tinggi dari perokok sigaret namun mereka tetap lebih rentan mendapatkan CHD dibanding dengan tidak perokok (non-smokers). . Risiko terkena serangan jantung akan meningkat 50% jika menghisap 4 batang setiap hari.


Stres

Ternyata tidak hanya penyakit fisik saja yang menjadi pemicu timbulnya penyakit jantung, namun penyakit yang berhubungan dengan psikis menjadi satu faktor penyebabnya, yaitu depresi. Diketahui bahwa stres akan membuat pembuluh darah menyempit, tekanan darah meningkat, dan kadar kolesterol meningkat.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi arithmias jantung yang membahayakan jiwa. Orang yang mudah stres dua kali lipat lebih mudah terkena penyakit jantung. Dikatakan oleh ahli kejiwaan dari Rumah Sakit Internasional Omni Alam Sutera Tangerang, dr Andri SpKJ, pasien dengan riwayat depresi yang sering muncul mempunyai peningkatan rata-rata risiko kematian 4 sampai 5 kali setelah infark miokardium daripada yang tidak depresi. Depresi setelah infark miokard berhubungan dengan timbulnya infark kembali dan kematian.

Ketika semua faktor pemicu penyakit jantung bisa terkontrol, ternyata masih ada faktor lain yang bisa membuat jantung meradang. Faktor itu adalah depresi. Depresi ini pun merupakan faktor risiko yang tersendiri (independen) yang memicu munculnya penyakit jantung koroner pada pria dan wanita.
Depresi menyebabkan penurunan suatu zat dalam tubuh yang dinamakan serotonin. Penurunan kadar serotonin ini berhubungan dengan perubahan perlengketan platelet. Hal ini membuat orang yang depresi mempunyai kecenderungan plateletnya lengket di pembuluh darah (jantung).

Hubungan antara stres dan jantung juga pernah diungkap oleh ahli epidemiologi dari University College London, Tarani Chandola. Dalam penelitian yang melibatkan 10.000 responden itu terungkap bahwa stres memiliki peran lebih banyak terkait dengan perubahan biologis dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.
Stres dianggap sebagai faktor yang cukup dominan sebagai sala satu faktor resiko PJK.Stres sendiri memang ada yang positif dan ada juga yang negatif. Stres yang positif berdampak baik, seperti rasa ingin maju cita-cita adalah salah satu stres positif.

Stres negatif seperti merasa sakit hati yang sangat berlebihan, bila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan dampak yang sangat merugikan dan sayangnya sangat sedikit orang yang menyadari bahwa ia telah terkena stres negatif.

Bila tingkat stres sudah sangat tinggi dan mencemaskan maka akan sangat membahayakan kesehatan, apalagi bila usia sudah diatas 40 thn, usia semua faktor resiko sangat meningkat.

Menurut penelitian para ahli kesehatan klinik stres dapat memicu semburan adrenalin dan
zat katekolamin yang tinggi yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah
jantung serta peningkatan denyut jantung.,sehingga dapat menyebabkan terganggunya suplai darah ke jantung.

Stres bisa membuat kekacauan sistem internal tubuh yang berujung terganggunya kinerja jantung. Terganggunya kinerja jantung akan menyebabkan penumpukan dan menutup darah di saluran arteri, tekanan darah tinggi, dan menghancurkan sistem darah.


Gaya Hidup

Ini hanyalah faktor sangat besar lainnya yang menyebabkan penyakit jantung koroner dapat berkembang dan terjadi menjadi sesuatu yang kronis. Jadi, orang yang memiliki resiko lebih besar terkena penyakit jantung koroner disarankan untuk melakukan olahraga secara teratur, yang dapat membantu meningkatkan aliran darah dan oksigen ke tubuh. Olahraga bahkan dapat memperkuat kontraksi jantung, memungkinkan jantung untuk memompa darah lebih banyak dengan usaha sedikit.

Jadi inilah pada dasarnya penyebab utama penyakit jantung koroner. Sangat bijaksana untuk mencatat dan memahaminya untuk mempermudah mencari tahu perawatan yang terbaik baginya. Jika Anda ingin agar terjauh dari penyakit jantung, maka lakukan sesuatu untuk mengubah penyebab penyakit jantung koroner yang dapat diubah. Buatlah jantung Anda selalu sehat.


Tipe Kepribadian

Tipe Kepribadian A
Sikap sinis, berangasan, dan cepat naik darah bisa membuat umur menjadi pendek. Orang dengan ciri-ciri tabiat seperti ini digolongkan berisiko tinggi untuk mati di bawah usia 50 tahun. Penyebab utamanya serangan jantung. Penelitian ini dianggap telah meruntuhkan teori yang menyimpulkan kesibukan dan gila kerja adalah penyebab umur pendek.

Dua ahli jantung, Meyer Friedman dan Ray Rosenman, melalui buku “Type A Behavior and Your Heart”, memperkenalkan teori kepribadian “tipe A dan tipe B.” Dalam buku yang sangat laris itu, Friedman dan Rosenman menyebut, tipe A adalah kepribadian gila kerja yang senantiasa diuber-uber kesibukan. Kelompok ini, menurut kedua ahli jantung itu, sering mengalami stres, karena itu paling terancam penyakit jantung dan kematian dini.

Menurutnya, para psikiater, ahli jantung, dan American Heart Association menyatakan tidak ada gunanya mengubah kepribadian tipe A menjadi tipe B. Tipe terakhir ini mewakili karakter yang lebih tenang, tidak grasah-grusuh, mudah menyesuaikan diri. Alasannya upaya itu tidak menjamin bahwa umur bisa lebih panjang. Ada juga peneliti yang menyatakan hormon adrenalin punya peran besar dalam menimbulkan penyakit jantung hormon ini meningkatkan kadarnya dalam darah ketika orang mengalami stres karena kesibukan, diuber-uber waktu, dan ketegangan akibat kompetisi. Tetapi dikatakan penyebab stres yang utama bukanlah kegiatan-kegiatan semacam itu.

Pada orang normal, tidak semua rasa marah sampai dimanifestasikan. Pada kepribadian pemberang, rasa tidak senang hampir selalu bermuara pada sebuah reaksi atau ungkapan sinis. Bahkan rasa tidak senang bisa terpancing ketika melihat seseorang melanggar tata tertib umum yang secara tidak langsung menyinggung perasaan. Sikap sinis dan reaksi bermusuhan terjadi secara tetap tiap hari, Sistem parasimpatetik mereka lemah. Pada orang normal, sistem saraf ini berfungsi sebagai rem, kadang-kadang dengan jalan memblokir pikiran. Inilah sebabnya, mengapa seseorang justru tidak berbuat apa-apa ketika marah. pada saat itu ketegangan menurun. Pada mereka yang pemberang, tombol otomatis itu tidak bekerja. Akibatnya, rasa marah meningkat terus dan ketegangan melonjak, dalam keadaan ini, debar jantung mengencang, sementara adrenalin terpompa semakin banyak ke dalam darah,” ujar dokter ahli jiwa yang juga Ketua KPAID Bali ini.
Tantangan besar dalam psikologi stres – dan prekursor yang diperlukan untuk mengembangkan intervensi terhadap efek berbahaya stres – telah memahami mekanisme yang pikiran dan perasaan dan “mental” hal dapat mempengaruhi kesehatan tubuh.

Selama bertahun-tahun, diyakini bahwa hubungan kausal utama antara stres dan penyakit adalah penekanan kekebalan yang terjadi ketika tubuh pengalihan energi terhadap respon fight-or-flight. Tetapi penelitian baru-baru ini telah mengungkapkan gambaran yang jauh lebih bernuansa.
Stres diketahui untuk benar-benar meningkatkan satu respon penting peradangan, kekebalan tubuh, dan semakin ini dilihat sebagai perantara dalam penyakit stres-terkait.

Biasanya, peradangan adalah bagaimana kesepakatan tubuh yang sehat dengan jaringan yang rusak: Sel pada lokasi infeksi atau cedera menghasilkan sinyal kimia yang disebut sitokin, yang pada gilirannya menarik sel imun lainnya untuk situs tersebut untuk membantu memperbaikinya. Sitokin juga perjalanan ke otak dan bertanggung jawab untuk memulai perilaku penyakit. Terlalu aktif produksi sitokin telah ditemukan untuk menempatkan individu di risiko yang lebih besar untuk berbagai penyakit yang berkaitan dengan penuaan.
Sitokin dapat menjadi mediator penting dalam hubungan antara stres dan penyakit jantung. Ketika makan arteri jantung rusak, sitokin mendorong aliran darah lebih banyak, dan sel darah sehingga lebih putih, ke situs. Sel darah putih menumpuk di dinding pembuluh dan, dari waktu ke waktu, membesar menjadi dengan kolesterol, menjadi plak; ini kemudian dapat menjadi tidak stabil dan pecah, menyebabkan serangan jantung. Sitokin tindakan juga telah terlibat dalam hubungan antara stres dan depresi. Orang yang menderita depresi klinis telah menunjukkan konsentrasi 40-50 persen lebih tinggi sitokin inflamasi tertentu. Dan sekitar 50 persen pasien kanker yang imun tanggapan secara artifisial mendorong melalui sitokin administrasi menunjukkan gejala depresi,” ungkapnya.

Memang tidak semua sifat karakter dapat membunuh, beberapa bahkan mungkin meningkatkan masa hidup. Jadi berhati-hatilah dengan beberapa karakter yang bisa membunuh, diantaranya sinisme, tidak punya tujuan hidup, resah, gelisah, murung, dan stress.

Tipe Kepribadian D

Kepribadian tipe D adalah kepribadian dengan karakteristik berupa kecenderungan untuk mengekspresikan emosi negatif dan sekaligus menghambat emosi tersebut dengan cara menghindari kontak sosial terhadap lingkungannya (Denollet, 2005). Individu dengan kepribadian tipe ini memiliki skor yang tinggi dalam dimensi afek negatif dan penghindaran sosial.

Ciri-ciri dari afek negatif dideskripsikan dengan kecenderungan untuk :
  • berpikir negatif terhadap dirinya sendiri
  • memendam permusuhan
  • mudah mengalami depresi
  • mudah marah
  • mudah merasa cemas.
  • sementara dimensi penghindaran sosial dideskripsikan dengan :
  • mudahnya individu tersebut merasa tertekan
  • mudahnya individu merasa tidak aman dan nyaman dalam berinteraksi dengan lingkungan
  • kecenderungan merasa takut tidak diterima atau dihargai lingkungan.
Individu dengan kepribadian tipe D cenderung memilih untuk menarik diri daripada aktif berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Kedua dimensi ini, afek negatif dan penghindaran sosial, dihubungkan dengan persepsi individu tersebut akan lingkungan yang tidak mendukung dirinya (Sher, 2005)

Orang dengan kepribadian tipe D ditandai dengan kecenderungan untuk mengekspresikan emosi negatif dan sekaligus menghambat emosi tersebut dengan cara menghindari kontak sosial terhadap lingkungannya. Mereka juga mudah marah, mudah merasa cemas dan memendam permusuhan.

Tipe D pasien cenderung mengalami tingkat dibangkitkan dari kecemasan , iritasi dan suasana hati tertekan di situasi dan waktu, sementara tidak berbagi emosi dengan orang lain karena takut ketidaksetujuan.
Ditemukan bahwa jantung pasien dengan kepribadian Tipe D memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi untuk masalah jantung masa depan, seperti penyakit arteri perifer angioplasti, atau bypass prosedur, gagal jantung, transplantasi jantung, serangan jantung atau kematian. Pasien dengan kepribadian Tipe D memiliki meningkat tiga kali lipat dalam jangka panjang risiko kondisi psikologis seperti depresi , kecemasan atau kesehatan jiwa yang buruk.

Sekali terkena penyakit jantung koroner, orang tipe tertutup menanggung resiko kematian yang tinggi. Demikianlah laporan studi yang dilakukan tim peneliti di Harvard University.
Penulis laporan studi itu menyatakan bahwa, orang berkepribadian D
kurang pandai mengatur hormon stres. Jantung mereka berdetak lebih cepat, tekanan darah mereka lebih tinggi, dan pembuluh darah mereka dilaporkan lebih tegang.
Semua kondisi itu buruk bagi sistem kardiovaskular. Mereka mungkin punya sistem kekebalan yang lebih aktif dibanding orang kebanyakan, sehingga infeksi lebih sering terjadi dan membahayakan pembuluh darah.ADS
0 Komentar untuk "Faktor Resiko Aterosklerosis"

Followers

I am a Nurse. Powered by Blogger.
Back To Top